BOLA VOLLY BAWA BALIK CINTAKU (part 1)
Anne melipat kedua tangan di dada. Mata kucingnya tajam menatap pemuda yang baru datang beberapa menit yang lalu.
“Sorry telat. Udah lama nunggunya?” tanyanya disela nafas yang memburu tidak teratur.
Dia mengusap peluh yang membasahi wajah dan leher. Tempat parkir terdekat sudah penuh, terpaksa dia harus berputar balik dan akhirnya menemukan tempat yang lumayan jauh sehingga membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit untuk berlari mengitari taman menuju tempat ini. Tempat kenangan bagi mereka berdua, karena di sinilah mereka bertemu untuk pertama kali tiga tahun yang lalu.
“Yos, kenapa kamu selalu membuatku menunggu?” Anne cemberut. "Percuma punya hp kalau nggak dimanfaatkan dengan baik,” dia mulai menggerutu tanpa mempedulikan kekasihnya yang bermandikan keringat.
Siang ini matahari begitu terik, meski mereka berdiri di bawah pohon tresbesi yang sangat besar dan rindang tapi sinarnya berhasil menerobos celah-celah daun yang kecil.
“Aku minta maaf beib, hp-ku tak cari nggak ada. Mungkin ketinggalan di rumah Denis.” Beberapa detik kemudian Yose menyadari kesalahannya.
Ooopss … keceplosan, bisa tambah ngamuk dia!
Anne melotot sambil berkacak pinggang, sementara Yose nyengir memamerkan deretan giginya yang putih.
“Jadi kamu telat gara-gara mampir ke rumah Denis? Di sana ngapain? Rapat baksos, pensi atau bikin proposal? Kenapa nggak sekalian saja ngedatenya dibatalin, jadi aku nggak perlu nunggu lama kayak gini,” omelnya panjang lebar.
Yose malah cengengesan menggaruk kepalanya.
“Maunya kayak gitu, tapi Denis dan yang lain melarang. Mereka takut kamu marah. Katanya kalau kamu marah, Bu Nunik aja lewat!” gumamnya pelan.
Bu Nunik adalah guru bahasa inggris mereka yang super killer sekaligus penasihat rohis di sekolah, usianya hampir berkepala empat dengan status single. Bu Nunik Sarjana Sastra Inggris dari UI dengan predikat cumload, kalaupun Beliau tidak galak pria lajang pasti bakal minder karena Beliau benar-benar jenius.
“Kamu bilang apa?” suara Anne mengagetkannya, spontan dia menggeleng.
Anne menghempaskan tubuhnya ke bangku dengan kesal. Sementara Yose celingak-celinguk mencari pedagang asongan.
Haus! Kenapa tidak ada satu pedagang pun yang lewat?
“Sampai kapan harus seperti ini?” lirih Anne. “Aku capek!” lanjutnya, tangannya yang mungil memukul-mukul bangku.
Yose menoleh, dia bingung dan tidak mengerti kemana arah pembicaraan kekasihnya.
“Maksud kamu apa beib? Kalau kamu capek, sekarang juga kita bisa pergi” ajaknya. “Kamu mau kemana?” Yose duduk di sampingnya. “Hm … gimana kalau kita ke gramed”? usulnya. “Di sana ada big sale. Bukannya minggu lalu kamu bilang kalau mau nyari novel? Jadi kita bisa mborong novel. Aku juga mau beli buku resep makanan untuk nyokap.”
Anne menggeleng. “Kamu masih sayang sama aku nggak?” matanya tajam menatap Yose.
Sudah satu bulan dia merasa terabaikan, jadi sekarang dia butuh kepastian.
Yose kaget. “Kenapa kamu bertanya seperti itu?” dia meraih jemari Anne.
Anne menarik tangannya. “Aku merasa tersisihkan, apalagi setelah kamu menjadi ketua OSIS. Hampir setiap hari kamu selalu nggak ada waktu untukku. Weekend yang harusnya untuk santai dan liburan tapi kamu malah disibukkan dengan kegiatan sekolah, kalau nggak tersisihkan namanya apa? Terabaikan? Sama saja menurutku,” dia mengoceh sendiri dengan wajah cemberut.
Senyum tipis tersungging di bibir Yose, ingin rasanya dia mencubit pipi Anne yang cubby. Tapi urung, karena dia melihat wajah kekasihnya cemberut.
“Sekarang mau kamu apa, beib?” Yose menatap kekasihnya.
Dia tau betul kalau cewek yang sudah di pacarinya hampir dua tahun ini termasuk tipe yang sangat manja, selama ini dia sudah berusaha sabar agar hubungan mereka bisa awet. Dia percaya, kesabaran adalah kunci utama untuk menghadapi sifat perempuan cantik di depannya ini.
“Aku pengen kita PUTUS!!”
Yose terbelalak.
“APA! P-U-T-U-S?!” ulangnya lagi.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau kalimat itu akhirnya keluar juga dari bibir kekasihnya.
“Iya, putus! Aku merasa diantara kita udah nggak ada kecocokan lagi!”
“Tapi beib --"
“Selama ini aku udah berusaha ngertiin kamu, tapi kamu yang nggak pernah bisa ngertiin aku. Aku bener-bener nggak bisa kalau harus seperti ini terus,” potongnya cepat. Anne tersenyum sinis. “Kenapa baru sekarang aku menyadari kalau ternyata kamu bukanlah cowok yang baik dan sempurna untuk dijadikan pacar, betapa bodohnya diriku ini.”
Pernyataan Anne bagai bumerang di telinga Yose. Beberapa detik kemudian dia tersenyum.
“Apa nggak kebalik, beib?” tanyanya lembut.
“Apanya yang kebalik?” Dahi Anne berkerut, dia bingung dan mata kucingnya semakin membulat.
Senyum Yose bertambah lebar. Terkadang sifat lemot Anne muncul dan sifat ini yang membuatnya selalu ingin menjaga perempuan yang memiliki lesung di kedua pipi ketika tersenyum.
“Bukannya selama ini aku yang slalu ngertiin kamu dengan sifat manjamu.” Yose membelai rambut Anne dengan sayang tapi segera di tepis dengan kasar.
“Ooo jadi selama ini kamu nggak tulus sayang sama aku? Kalau begitu lebih baik kita memang putus!” Anne memalingkan wajah dengan kedua tangan terlipat di dada.
Dia benar-benar dongkol, ternyata selama dua tahun ini Yose tidak tulus menerima sifat manjanya ini.
DASAAAR! YOSE NYEBELIIIIIN. BUKANNYA DARI DULU DIA UDAH TAHU KALAU SIFATKU MEMANG SEPERTI INI, KENAPA BARU PROTES SEKARANG?
Yose kembali menggaruk kepala, kebiasannya ketika bingung.
Upst … salah ngomong lagi deh!
“Maksudku nggak seperti itu beib, aku bener-bener tulus sayang sama kamu, kalau nggak tulus mana mungkin aku bisa tahan dengan sifat manja dan kekanak-kanakanmu ini”.
Anne menoleh sambil melotot, dia berharap Yose akan jera tapi usahanya sia-sia karena didapatinya Yose sedang melambaikan tangan memanggil pedagang asongan yang berjalan tidak jauh dari mereka.
Huhuhu … aku di cuekin! Dia menghentak-hentakkan kakinya dongkol.
“Beib, mau minum apa? Nggak ada pulpy orange atau country juice, kamu pilih air mineral atau teh kotak?” Yose menoleh.
“Terserah!” jawabnya ketus, dalam hati dia berharap Yose akan memilihkan teh kotak untuknya.
Yose menyerahkan selembar uang dua puluh ribuan pada pedagang tersebut. Setelah memberikan kembalian pedagang itu pergi menawarkan dagangannya pada ibu-ibu yang duduk tidak jauh dari mereka.
“Sayang, ini untukmu.” Yose menyodorkan teh kotak.
Anne menerimanya dengan senang hati, satu jam menunggu Yose membuat tenggorokannya kering.
“Fuihh … cuaca hari ini benar-banar panas, padahal harusnya sekarang musim hujan tapi karena global worming cuaca jadi nggak bisa diprediksi seperti ini.” Yose mulai berspekulasi, botol air mineral di tangannya telah kosong. Dia melepas kacamata dan menyeka peluh di dahinya.
Anne melirik. Dia benar-benar jengkel dengan makhluk cute di sampingnya ini.
Yose menengadah melihat ranting-ranting yang bergoyang, rambut lurusnya yang berwarna gelap ikut bergerak tertiup angin. Untuk beberapa menit Anne tertegun, kenapa sekarang dia baru menyadari kalau pemuda yang dicintainya ini mirip dengan Kim Bum salah seorang aktor dalam drama seri korea ‘Boys Before Flowers’ seperti yang diucapkan teman-temannya.
Tentunya Kim Bum versi Indonesia karena kulit Yose yang cokelat. Diam-diam terbesit rasa bangga di dalam hatinya karena memiliki kekasih cakep dengan otak encer.
Upst … aku baru saja minta putus tapi kenapa sekarang malah bangga jadi kekasihnya? Anne memukul-mukul kepalanya dengan tangan kiri untuk mengusir pikiran itu dari otaknya.
Apa aku benar-benar belum siap kalau harus putus darinya?
Yose kaget melihat tingkah kekasihnya.
“Ok! Beib, aku mengaku salah jika akhir-akhir ini membuatmu merasa terabaikan,” ucapnya sambil menghentikan gerakan tangan Anne. “Sayang, sebentar lagi anny versary sekolah kita. Sebagai ketua OSIS aku akan sangat sibuk mempersiapkan semuanya. Anne sayang, di dunia ini nggak ada seorang pun yang sempurna.” Yose mengingatkan.
Anne kaget, lalu pura-pura menyeruput minuman yang di pegang tangan kanannya. Otaknya berputar cepat mengingat pembicaraan mereka tadi, beberapa detik kemudian ….
“Aku tahu, tapi setidaknya aku ingin punya pacar yang lebih baik dari kamu, lebih perhatian, lebih sayang, lebih bisa diandelin setiap saat. Dan yang pasti …,” Anne berhenti sejenak mencari kalimat yang paling tepat “… dia nggak akan pernah ngebiarin aku nunggu sampai berjam-jam seperti ini, jadi alangkah lebih baik jika hubungan kita CUKUP SAMPAI DISINI AJA!” dia sengaja memberi penekanan pada kalimat terakhirnya.
“Sayang, apa kamu serius pengen putus?” Yose memastikan.
Anne menatap mata Yose. “Belum pernah aku seserius ini!” Hati kecilnya mencoba berontak dengan keputusan yang baru saja ia ambil.
Yose syok mendengar keputusan sepihak itu. Perempun manja dan lemot seperti Anne telah mengakhiri hubungan cinta mereka. Kabar ini pasti akan menjadi headline di sekolahnya besok.
Maafkan aku … Anne mengalihkan pandangan.
Dia benar-benar nggak sanggup menatap mata itu lebih lama, sorot mata itu menunjukkan luka yang ada di hatinya. Luka yang baru saja ia torehkan.
Dia langsung beranjak dan berlari tanpa menunggu jawaban dari Yose. Sebenarnya dia masih sangat mencintai Yose, tapi egonya sebagai seorang perempuan yang ingin dimanja dan diperhatikan membuatnya harus memilih. Selama ini impiannya adalah mempunyai kekasih yang benar-benar cinta dan sayang pada dirinya, selalu ada saat dia butuhkan dan tidak pernah menomor duakan dirinya dari apa pun, tapi semua itu tidak dia temukan dalam diri Yose. Tentunya semenjak Yose menjabat menjadi ketua OSIS. Sejak saat itu ia selalu sibuk dan hampir tidak pernah ada waktu untuk dirinya.
“Ketua OSIS bego, tolol, idiot, kenapa kamu nggak mencegahku? Apa kamu emang udah nggak sayang lagi sama aku?”
Anne menggerutu sambil meremas-remas tali bag gecko boutiquenya. Kakinya terus berlari tak tentu arah. Sebuah palang besar bertuliskan “AWAS BOLA!!” dengan cat berwarna merah tidak dia gubris. Dia masih berlari, dari belakang terdengar orang berteriak atau bahkan mengumpat kearahnya.
Bodo amat! Suka-suka gue mau lewat sebelah mana, taman ini juga bukan milik nenek moyang kalian! Anne benar-benar dongkol.
Samar-samar dia mendengar suara Yose diantara suara orang yang merasa terganggu dengan kehadirannya. Tapi dia sudah bertekat tidak akan menghentikan langkahnya apalagi sampai menoleh. Beberapa meter lagi Anne sampai di tepi taman, dan dia masih mendengar suara Yose yang terus berteriak memanggil namanya.
“Yose, kenapa kamu cuma teriak-teriak? Katanya mantan atlet lari maraton, kenapa nggak bisa mengejarku? Padahal aku udah memperlambat langkah kakiku,” gumamnya.
Sebenarnya Anne sangat ingin menoleh kebelakang melihat Yose yang berlari sambil berteriak memanggil namanya seperti dalam adegan di film-film india, tapi dia gengsi.
Tiba-tiba ….
“ANNE AWAAAS!!!” teriakan Yose terdengar begitu dekat.
Belum sempat Anne menoleh sebuah bola voly melayang dari arah belakang dan menimpuk kepalanya.
Kepala Anne pusing tubuhnya sempoyongan, dilihatnya semua berputar-putar dan setelah itu gelap. Sebelum Anne benar-benar pingsan dia sempat merasakan ada seseorang yang menangkap tubuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar