Cari Blog Ini

Sabtu, 14 April 2012

Cerpen Me.. (1)


CINTA INI ….

Reina dam terpaku menatap sosok yang berdiri tidak jauh darinya, sosok yang amat sangatlah dikenal dan dirindukannya. Sosok yang selama enam bulan belakangan ini selalu hadir disetiap mimpi dalam tidurnya, dan selalu muncul dalam setiap lamunannya.
“Hei! Kenapa bengong, lihat apa sih?!” sebuah suara dan tepukan dibahu mengejutkannya. Reina tersentak dan menoleh, Kiran sahabatnya berdiri disampingnya dan menatapnya dengan wajah yang dipenuhi dengan tanda tanya.
“Ngagetin aja” gerutunya, “coba tebak, aku barusan lihat siapa?” tanyanya dengan wajah ceria.
Dahi Kiran berkerut, dia menatap sahabatnya dengan bingung “kamu kenapa sih?” tanyanya lagi.
“Ayo tebak, barusan aku lihat siapa?” Reina kembali bertanya, ia tidak memperdulikan pertanyaan sahabatnya tadi.
Walaupun bingung, Kiran mencoba menuruti permintaan sahabatnya, akan tetapi sebelum menjawab dia menoleh ketempat dimana sahabatnya tadi melihat, tapi disana ia tidak menemukan sesuatu yang bisa menarik perhatiannya atau yang dirasa unik dan aneh.
“Memangnya kamu lihat apa?” tanyanya penasaran, karena tidak biasanya sahabatnya seceria sekarang ini.
“Aku lihat Ditya,” katanya riang.
“Ditya? Maksud kamu Ditya siapa?” Kiran balik bertanya, dia merasa kalau nama itu tidak begitu asing ditelinganya.
“Masak kamu lupa, Raditya?!...” Reina mengingatkan.
Kiran tampak berpikir, tak lama kemudian ekspresi wajahnya berubah 180 derajat menjadi wajah yang penuh dengan amarah.
“Raditya yang jahat itu ya, sekarang dia dimana?” tanyanya sambil berkacak pinggang dengan bola mata yang melotot menatap sekitar, dia berusaha menemukan sosok yang dimaksud sahabatnya itu diantara puluhan orang yang lalu lalang disekitarnya. Maklum saja karena sekarang mereka berada di mall.
“Itu disana..” Reina menunjuk sebuah tempat dimana tadi ia melihat Ditya, dia tidak peduli dengan ekspresi sahabatnya yang tampak begitu marah.
“Mana??” Kiran kembali bertanya, karena sejak tadi dia tidak melihat sosok yang dimaksud sahabatnya itu disana.
“Tadi aku lihat dia disana,” Reina menunjuk sebuah department store “dia tadi juga ngelihatin aku” katanya lagi.
“Rei, mungkin kamu salah lihat, dan aku yakin banget kalau tadi itu pasti bukan dia” Kiran menatap sahabatnya setelah dia benar-benar yakin tidak menemukan sosok Ditya disana  “Seingatku Ditya tidak ada di kota ini” Jelasnya lagi.
“Mana mungkin aku salah lihat, aku yakin banget kalau tadi itu beneran Ditya, kalaupun tadi bukan Ditya kenapa dia ngelihatin aku terus sambil tersenyum” Reina berusaha meyakinkan sahabatnya.
“Baiklah, jika kamu emang yakin kalau tadi beneran Ditya kenapa dia tidak nyamperin kamu?” Kiran balik bertanya.
Reina tampak berfikir “Hm….mungkin saja tadi dia mau nyamperin aku, tapi karena dia melihatmu disini makanya nggak jadi, habisnya kamu galak banget dan orang yang terang-terangan ngelarang hubunganku dengan dia” Reina memberi alasan.
Kiran geleng-geleng kepala “Seprtinya kamu belum sembuh betul, dari pada nanti kamu kecapean dan sakit lagi mending sekarang kita pulang aja” ajak Kiran.
                                                            @        @        @
Di café Reina mengaduk-aduk minumannya dengan gelisah, dia yakin banget kalau yang dilihatnya itu beneran Ditya bukan halusinasi atau orang lain yang mirip dengannya.
Kiran menatap sahabatnya “Rei, hampir satu tahun kamu nggak ketemu dengan Ditya, bisa saja kamu salah lihat” Kiran membuka pembicaraan.
“Harus berapa kali aku bilang kalau tadi itu beneran Ditya, dia memakai syal rajutan tanganku. Kalaupun aku salah orang, nggak mungkin aku nggak ngenalin syal yang aku bikin sendiri” Reina mulai emosi karena sejak tadi Kiran tidak percaya dengan kata-katanya.
“Rei, bukannya aku nggak percaya sama kamu, tapi Ditya emang nggak ada disini, dulu kamu sendiri yang bilang sama aku kalau Ditya ada di London, jadi nggak mungkin kalau yang kamu lihat tadi dia” Kiran berusaha mengajak sahabatnya untuk berfikir secara realistis.
“Mungkin saja sekarang dia udah pulang!”
“Ok! Kalau kamu benar-benar yakin, kenapa dia tidak hubungin atau menemuimu dulu?”
“Siapa tau dia emang sengaja nggak hubungin aku karena mau ngasih surprise
“Udah deh Rei, kenapa kamu nggak pernah bisa ngelupain dia, dia itu udah nyakitin kamu. Lagipula dia cuma kenangan masa lalu yang harus kamu kubur dalem-dalem dan nggak perlu diingat lagi”
“Tapi…biar bagaimanapun juga diantara kita belum ada kata putus”
“Ya ampun Rei, hampir setahun dia nggak ada kabar dan secara nggak langsung diantara kalian udah nggak ada hubungan apa-apa. Kenapa sampai sekarang kamu masih memikirkan dia? Padahal selama pacaran nggak pernah sekalipun dia ngebahagiain kamu, yang ada dia malah sering nyakitin kamu, dia juga suka bikin kamu nangis. Dan sekarang kenapa kamu masih mengharapkannya, di dunia ini masih banyak cowok yang lebih baik dari dia” Kiran berbicara panjang lebar.
Reina menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan, “selama kita pacaran dia emang terlalu protektif makanya banyak yang salah faham tentang dirinya dan salah satunya termasuk kamu, tapi aku tahu kalau sebenarnya itu sangat baik dan dari dalam lubuk hati ini aku yakin banget kalau bukan kenginannya untuk bersikap seperti ini”
“Rei…Rei…sebenarnya apa yang kamu harapkan dari dia. Kenapa kamu masih menyimpan rasa cinta untuknya?”
Reina menggeleng, “aku juga gak tahu Ran, tapi semakin aku tahu tentang dia dan segala kekurangannya aku malah semakin mencintainya, aku sendiri bingung kenapa bisa seperti ini,  padahal kebanyakan orang jika melihat dan tahu kejelekan dari seseorang yang dicintainya pasti rasa cinta itu akan berkurang atau mungkin malah hilang. Tapi aku nggak bisa menghilangkan rasa cinta ini begitu saja, karena semakin aku tahu dan kenal pribadinya, rasa cintaku malah semakin bertambah dalam.”
Kiran geleng-geleng kepala “kamu itu emang aneh, baru kali ini aku nemuin orang kayak kamu, atau bisa jadi selama ini kamu dijampe-jampe ama dia”
“Hust…ngaco kamu, biarpun Ditya orangnya keras kepala tapi dia tidak mungkin ngelakuin hal serendah itu”
“Yakin banget kamu?!”
“Aku tahu betul watak Ditya, dan dia nggak mungkin ngelakuin hal semacam itu, apalagi sama aku”
“Cinta emang buta dan kamu telah dibutakan oleh rasa cintamu sama dia”
“Aku nggak seperti itu Ra, kalau emang rasa cinta ini adalah cinta buta aku pasti akan nganggep semua hal yang dia lakukan benar, dan kamu tahu sendiri selama aku berhubungan dengan dia aku nggak pernah sekalipun membelanya jika dia melakukan kesalahan dan  jika dia ngelakuin kesalahan aku tetap bilang padanya kalau hal itu salah, aku juga selalu mengingatkannya. Dan perlu kamu tahu bukankah cinta sejati itu bila kita bisa memahami diri pasangan kita, menerima segala kekurangan yang ada padanya, bukan hanya kelebihan yang diukur. Sebab jika kita hanya melihat kelebihan dari pasangan kita, kita akan menganggap betapa sempurnanya dia dimata kita, dan jika dia melakukan suatu kesalahan maka secara otomatis semua kebanggaan yang ada padanya akan ikut hilang, padahal itu semua tidak benar, karena kita juga harus ingat kalau dia juga manusia biasa, sama seperti kita yang kadang melakukan kesalahan” Jelas Reina panjang lebar.
“Berarti selama ini kamu yakin kalau dia adalah cinta sejatimu, jika begitu kenapa dia malah ninggalin kamu?”
“Aku nggak pernah bilang kalau dia cinta sejatiku, dan mengenai masalah itu, mungkin saja dia mempunyai alasan tersendiri”
“Bukankah dalam kisah cinta nggak boleh ada satupun yang disembunyikan dari pasangan kita?”
“Hal itu emang benar, tapi tidak semua yang ada dalam diri pasangan kita, kita harus mengetahuinya. Begitu juga sebaliknya, karena kadang ada sesuatu yang memang tidak bisa kita katakan pada pasangan kita, bukan berarti kita berbohong atau menutup-nutupi sesuatu dari diri pasangan kita, tapi karena kita menganggap kalau hal tersebut memang tidak terlalu penting untuk diri pasangan kita”
“Bisa saja hal yang tidak penting menurut kita, merupakan hal yang sangat berarti bagi orang lain karena kita tidak pernah tahu isi hati dan pikirann orang lain?”
“Kita emang tidak tahu isi hati dan pikirann orang lain, tapi karena kita sudah kenal dan begitu dekat dengan mereka setidaknya kita bisa memprediksikan apakah hal tersebut berguna atau tidak untuk dirinya”
Kiran menatap sahabatnya dalam-dalam, “kamu emang hebat Rei, tak heran kalau banyak dari teman-teman kita yang kagum dan salut sama kamu, terlebih teman cowok karena mereka iri dengan Ditya”
Reina tersenyum sambil menyeruput minumannya, sesekali matanya melirik keluar mencari sosok Ditya.
“Tapi yang tetep aku nggak ngerti, kenapa Ditya begitu bego, ngelepasin mutiara yang sudah ada didalam tangannya”.
Reina menatap sahabatnya, “sampai detik ini aku masih ngerasain kalau Ditya masih tetap seperti yang dulu dan dia tidak akan pernah berubah, hanya takdir yang akan mempertemukan kita dan menjawab semua pertanyaan yang mengganjal dihati” Reina menerawang, bayangan Ditya kembali hadir dibenaknya.
Kiran mengangguk, “balik sekarang yuk” ajaknya.
Keduanya melangkah meninggalkan café tersebut. Sebelum menginjakkan kaki di escalator Reina menoleh kebelakang dan mengedarkan pandangannya kesetiap sudut yang dapat dijangkau oleh matanya, “Dit, aku yakin banget kalau tadi itu emang bener kamu dan perasaanku mengatakan kalau saat ini kamu masih ada disini, merhatiin aku, cepat kembali Dit…aku kangen banget sama kamu..” batinnya.
“Rei, kenapa masih bengong? Ayo cepetan…” Panggil Kiran yang sudah berada di escalator.
“Eh, ya..” Reina langsung menyusul sahabatnya.
Tanpa sepengetahuan mereka, sepasang mata menatap kearahnya, mata yang sejak tadi selalu memperhatikan mereka mulai dari department store hingga mereka duduk dan keluar dari café, mata sayu dengan wajah yang pucat, sebuah syal berwarna putih melingkar dilehernya.
“Dit, sudah waktunya kita balik, kesehatan kamu harus dijaga karena nanti malam kita akan kembali ke London untuk nerusin terapi kamu” seseorang mengingatkannya.
Cowok bermata sayu yang dipanggil Ditya mengangguk, mereka lalu melangkah menuju lift.
“Maafkan aku Rei, aku meninggalkanmu tanpa alasan yang jelas, karena aku tidak sanggup mengatakan tentang penyakitku ini, aku tidak bisa melihat kesedihan diwajahmu, aku juga tidak kuat melihat air matamu, akan tetapi jangan khawatir Rei, karena sampai kapanpun perasaanku tidak akan berubah, rasa cintaku ini masih sama seperti yang dulu dan sampai kapan pun tidak akan pernah sirna, aku janji, aku bakalan berjuang untuk sembuh dan aku bakalan balik untukmu…tunggu aku Reina sayang…”
The End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar