Cari Blog Ini

Rabu, 20 Juni 2012

Puisi Inisial

KOSONG

Ketika kerinduan membuncah dan mengalirkan anak sungai disudut mata, saat itulah Dia melihatmu dengan segala kerapuhan yg mencoba kau sembunyikan dari siapapun & oleh apapun.

Otak ini mencoba mengubur & mengunci dalam-dalam setiap rasa yg akan menjelma menjadi duka yg tiada bertepi, namun duka itu teramat indah untuk dilupakan hingga akhirnya perlahan-lahan mulai menempati setiap rongga yg ada.

Sesekali Dia membuatmu melupakan segalanya lewat ocehan burung-burung camar & irama jangkrik, tp hanya sebatas ilusi karena ditempat ini hanya Dia yg sanggup bertahta mengalahkan semua pergumulan hati yg masih setia menanti.

Tentang Kita..

Antara Kamu dan Aku

Main Hati

Aku menulis bukan untuk curhat, tp hanya karena jemariku ingin menari di atas keyboard..

Sebagai manusia biasa Aku akan menangis jika terluka, karna hati ini selembut dan sehalus sutra..

Aku juga akan menangis setiap mengenangmu, bukan karna Aku menyesal pernah mengenal dirimu tapi lebih disebabkan karna diri ini terlalu cengeng hingga tak dapat membendung setiap tetesan berharga yang keluar dari kelopak mataku..

Aku terdiam bukan untuk membencimu, tapi Aku ingin Kau yg lebih dulu menyapaku dengan ucapan manja yg mampu menggetarkan hatiku..

Aku diam juga untuk membantumu menemukan jawaban dari setiap pertanyaan yg tak pernah terlontar dari bibirmu, pertanyaan yg membuat mataku terjaga setiap malam..

Dan sekarang Aku akan memberimu ruang dan waktu..

Ruang untuk membuatmu berfikir apa arti diriku bagi kebahagianmu..

Dan waktu untuk membuatmu menemukan jalan hidup yang selama ini Kau cari..

Selama Kau berfikir dan mencari jawaban tentang arti diriku dengan jalan hidupmu..

Aku akan pergi..

Aku pergi bukan untuk meninggalkanmu, tapi aku ingin memberimu kesempatan agar kau tau betapa sakitnya jika kita kehilangan orang yg pernah sangat berarti dalam hidup ini..

Hingga akhirnya..

Aku akan bahagia bila kau bisa memperlihatkan senyum termanismu seperti saat sebelum kita bersama dulu..

Bahkan aku akan tertawa bila dirimu menemukan jawaban dari pergumulan hati yg telah menghabiskan banyak ruang & waktumu..

Karena selama ini jawaban itu telah kau dapatkan, hanya saja kau masih berusaha mencarinya ditempat yg kurang tepat..

Tanpa pernah kau sadari, apa yg selalu kau butuhkan dan kau inginkan tidak pernah sejalan tapi keduanya telah bersamamu & akan menjagamu sepanjang usia..

14 Februari 2012

VALENTINE DAY'S

Sebatang coklat tergeletak di lokerku
Tanpa nama pengirim
Hanya ada 3 kata yg tertera dalam kertas berwarna merah jambu itu..

Aku menoleh, tampak seseorang berjalan melewati koridor
Sosok yg amat sangat aku kenal..

Dan Akupun tersenyum membaca coretan tangannya
''ingat sakit gigimu''



MIDNIGHT VALENTINE

Sayang, cepatlah datang dan lihatlah
Aku memakai gaun pemberianmu
Gaun berenda biru dengan motif kupu-kupu
Kulirik arloji, tanpa terasa satu jam sudah aku menantimu..

Sayang, kenapa kamu telat?
Rasa bahagiaku perlahan menjadi gelisah di dada
Tapi, aku masih berdiri disini menantimu..

Sayang, ada apa denganmu?
Kupandangi satu persatu sosok yg lewat
Berharap Engkau muncul diantara mereka
Senyumku merekah saat melihatmu melambaikan tangan
Sebuah boneka besar menutupi sebagian tubuhmu..

Aku berlari menghampirimu
Engkau tersenyum sambil merentangkan kedua tangan
Tapi, sedetik kemudian wajahmu berubah
Senyum hangatmu berubah menjadi sorot kepanikan..

Belum sempat aku menyadari apa yg terjadi
Engkau berteriak memanggil namaku
Saat itulah aku merasa sesuatu menabrak tubuhku..

Selasa, 19 Juni 2012

Cerbung.. (1)

BOLA VOLLY BAWA BALIK CINTAKU (part 1)

Anne melipat kedua tangan di dada. Mata kucingnya tajam menatap pemuda yang baru datang beberapa menit yang lalu.
“Sorry telat. Udah lama nunggunya?” tanyanya disela nafas yang memburu tidak teratur.
Dia mengusap peluh yang membasahi wajah dan leher. Tempat parkir terdekat sudah penuh, terpaksa dia harus berputar balik dan akhirnya menemukan tempat yang lumayan jauh sehingga membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit untuk berlari mengitari taman menuju tempat ini. Tempat kenangan bagi mereka berdua, karena di sinilah mereka bertemu untuk pertama kali tiga tahun yang lalu.
“Yos, kenapa kamu selalu membuatku menunggu?” Anne cemberut. "Percuma punya hp kalau nggak dimanfaatkan dengan baik,” dia mulai menggerutu tanpa mempedulikan kekasihnya yang bermandikan keringat.
Siang ini matahari begitu terik, meski mereka berdiri di bawah pohon tresbesi yang sangat besar dan rindang tapi sinarnya berhasil menerobos celah-celah daun yang kecil.
“Aku minta maaf beib, hp-ku tak cari nggak ada. Mungkin ketinggalan di rumah Denis.” Beberapa detik kemudian Yose menyadari kesalahannya.
Ooopss … keceplosan, bisa tambah ngamuk dia!
Anne melotot sambil berkacak pinggang, sementara Yose nyengir memamerkan deretan giginya yang putih.
“Jadi kamu telat gara-gara mampir ke rumah Denis? Di sana ngapain? Rapat baksos, pensi atau bikin proposal? Kenapa nggak sekalian saja ngedatenya dibatalin, jadi aku nggak perlu nunggu lama kayak gini,” omelnya panjang lebar.
Yose malah cengengesan menggaruk kepalanya.
“Maunya kayak gitu, tapi Denis dan yang lain melarang. Mereka takut kamu marah. Katanya kalau kamu marah, Bu Nunik aja lewat!” gumamnya pelan.
Bu Nunik adalah guru bahasa inggris mereka yang super killer sekaligus penasihat rohis di sekolah, usianya hampir berkepala empat dengan status single. Bu Nunik Sarjana Sastra Inggris dari UI dengan predikat cumload, kalaupun Beliau tidak galak pria lajang pasti bakal minder karena Beliau benar-benar jenius.
“Kamu bilang apa?” suara Anne mengagetkannya, spontan dia menggeleng.
Anne menghempaskan tubuhnya ke bangku dengan kesal. Sementara Yose celingak-celinguk mencari pedagang asongan.
Haus! Kenapa tidak ada satu pedagang pun yang lewat?
“Sampai kapan harus seperti ini?” lirih Anne. “Aku capek!” lanjutnya, tangannya yang mungil memukul-mukul bangku.
Yose menoleh, dia bingung dan tidak mengerti kemana arah pembicaraan kekasihnya.
“Maksud kamu apa beib? Kalau kamu capek, sekarang juga kita bisa pergi” ajaknya. “Kamu mau kemana?” Yose duduk di sampingnya. “Hm … gimana kalau kita ke gramed”? usulnya. “Di sana ada big sale. Bukannya minggu lalu kamu bilang kalau mau nyari novel? Jadi kita bisa mborong novel. Aku juga mau beli buku resep makanan untuk nyokap.”
Anne menggeleng. “Kamu masih sayang sama aku nggak?” matanya tajam menatap Yose.
Sudah satu bulan dia merasa terabaikan, jadi sekarang dia butuh kepastian.
Yose kaget. “Kenapa kamu bertanya seperti itu?” dia meraih jemari Anne.
Anne menarik tangannya. “Aku merasa tersisihkan, apalagi setelah kamu menjadi ketua OSIS. Hampir setiap hari kamu selalu nggak ada waktu untukku. Weekend yang harusnya untuk santai dan liburan tapi kamu malah disibukkan dengan kegiatan sekolah, kalau nggak tersisihkan namanya apa? Terabaikan? Sama saja menurutku,” dia mengoceh sendiri dengan wajah cemberut.
Senyum tipis tersungging di bibir Yose, ingin rasanya dia mencubit pipi Anne yang cubby. Tapi urung, karena dia melihat wajah kekasihnya cemberut.
“Sekarang mau kamu apa, beib?” Yose menatap kekasihnya.
Dia tau betul kalau cewek yang sudah di pacarinya hampir dua tahun ini termasuk tipe yang sangat manja, selama ini dia sudah berusaha sabar agar hubungan mereka bisa awet. Dia percaya, kesabaran adalah kunci utama untuk menghadapi sifat perempuan cantik di depannya ini.
“Aku pengen kita PUTUS!!”
Yose terbelalak.
“APA! P-U-T-U-S?!” ulangnya lagi.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau kalimat itu akhirnya keluar juga dari bibir kekasihnya.
“Iya, putus! Aku merasa diantara kita udah nggak ada kecocokan lagi!”
“Tapi beib --" 
“Selama ini aku udah berusaha ngertiin kamu, tapi kamu yang nggak pernah bisa ngertiin aku. Aku bener-bener nggak bisa kalau harus seperti ini terus,” potongnya cepat. Anne tersenyum sinis. “Kenapa baru sekarang aku menyadari kalau ternyata kamu bukanlah cowok yang baik dan sempurna untuk dijadikan pacar, betapa bodohnya diriku ini.”
Pernyataan Anne bagai bumerang di telinga Yose. Beberapa detik kemudian dia tersenyum.
“Apa nggak kebalik, beib?” tanyanya lembut.
“Apanya yang kebalik?” Dahi Anne berkerut, dia bingung dan mata kucingnya semakin membulat.
Senyum Yose bertambah lebar. Terkadang sifat lemot Anne muncul dan sifat ini yang membuatnya selalu ingin menjaga perempuan yang memiliki lesung di kedua pipi ketika tersenyum.
“Bukannya selama ini aku yang slalu ngertiin kamu dengan sifat manjamu.” Yose membelai rambut Anne dengan sayang tapi segera di tepis dengan kasar.
“Ooo jadi selama ini kamu nggak tulus sayang sama aku? Kalau begitu lebih baik kita memang putus!” Anne memalingkan wajah dengan kedua tangan terlipat di dada.
Dia benar-benar dongkol, ternyata selama dua tahun ini Yose tidak tulus  menerima sifat manjanya ini.
DASAAAR! YOSE NYEBELIIIIIN. BUKANNYA DARI DULU DIA UDAH TAHU KALAU SIFATKU MEMANG SEPERTI INI, KENAPA BARU PROTES SEKARANG?
Yose kembali menggaruk kepala, kebiasannya ketika bingung.
Upst … salah ngomong lagi deh!
“Maksudku nggak seperti itu beib, aku bener-bener tulus sayang sama kamu, kalau nggak tulus mana mungkin aku bisa tahan dengan sifat manja dan kekanak-kanakanmu ini”.
Anne menoleh sambil melotot, dia berharap Yose akan jera tapi usahanya sia-sia karena didapatinya Yose sedang melambaikan tangan memanggil pedagang asongan yang berjalan tidak jauh dari mereka.
Huhuhu … aku di cuekin! Dia menghentak-hentakkan kakinya dongkol.
“Beib, mau minum apa? Nggak ada pulpy orange atau country juice, kamu pilih air mineral atau teh kotak?” Yose menoleh.
“Terserah!” jawabnya ketus, dalam hati dia berharap Yose akan memilihkan teh kotak untuknya.
Yose menyerahkan selembar uang dua puluh ribuan pada pedagang tersebut. Setelah memberikan kembalian pedagang itu pergi menawarkan dagangannya pada ibu-ibu yang duduk tidak jauh dari mereka.
“Sayang, ini untukmu.” Yose menyodorkan teh kotak.
Anne menerimanya dengan senang hati, satu jam menunggu Yose membuat tenggorokannya kering.
“Fuihh … cuaca hari ini benar-banar panas, padahal harusnya sekarang musim hujan tapi karena global worming cuaca jadi nggak bisa diprediksi seperti ini.” Yose mulai berspekulasi, botol air mineral di tangannya telah kosong. Dia melepas kacamata dan menyeka peluh di dahinya.
Anne melirik. Dia benar-benar jengkel dengan makhluk cute di sampingnya ini.
Yose menengadah melihat ranting-ranting yang bergoyang, rambut lurusnya yang berwarna gelap ikut bergerak tertiup angin. Untuk beberapa menit Anne tertegun, kenapa sekarang dia baru menyadari kalau pemuda yang dicintainya ini mirip dengan Kim Bum salah seorang aktor dalam drama seri korea ‘Boys Before Flowers’ seperti yang diucapkan teman-temannya.
Tentunya Kim Bum versi Indonesia karena kulit Yose yang cokelat. Diam-diam terbesit rasa bangga di dalam hatinya karena memiliki kekasih cakep dengan otak encer.
Upst … aku baru saja minta putus tapi kenapa sekarang malah bangga jadi kekasihnya? Anne memukul-mukul kepalanya dengan tangan kiri untuk mengusir pikiran itu dari otaknya.
Apa aku benar-benar belum siap kalau harus putus darinya?
Yose kaget melihat tingkah kekasihnya.
“Ok! Beib,  aku mengaku salah jika akhir-akhir ini membuatmu merasa terabaikan,” ucapnya sambil menghentikan gerakan tangan Anne. “Sayang, sebentar lagi anny versary sekolah kita. Sebagai ketua OSIS aku akan sangat sibuk mempersiapkan semuanya. Anne sayang, di dunia ini nggak ada seorang pun yang sempurna.” Yose mengingatkan.
Anne kaget, lalu pura-pura menyeruput minuman yang di pegang tangan kanannya. Otaknya berputar cepat mengingat pembicaraan mereka tadi, beberapa detik kemudian ….
“Aku tahu, tapi setidaknya aku ingin punya pacar yang lebih baik dari kamu, lebih perhatian, lebih sayang, lebih bisa diandelin setiap saat. Dan yang pasti …,” Anne berhenti sejenak mencari kalimat yang paling tepat “… dia nggak akan pernah ngebiarin aku nunggu sampai berjam-jam seperti ini, jadi alangkah lebih baik jika hubungan kita CUKUP SAMPAI DISINI AJA!” dia sengaja memberi penekanan pada kalimat terakhirnya.
“Sayang, apa kamu serius pengen putus?” Yose memastikan.
Anne menatap mata Yose. “Belum pernah aku seserius ini!” Hati kecilnya mencoba berontak dengan keputusan yang baru saja ia ambil.
Yose syok mendengar keputusan sepihak itu. Perempun manja dan lemot seperti Anne telah mengakhiri hubungan cinta mereka. Kabar ini pasti akan menjadi headline di sekolahnya besok.
Maafkan aku … Anne mengalihkan pandangan.
Dia benar-benar nggak sanggup menatap mata itu lebih lama, sorot mata itu menunjukkan luka yang ada di hatinya. Luka yang baru saja ia torehkan.
Dia langsung beranjak dan berlari tanpa menunggu jawaban dari Yose. Sebenarnya dia masih sangat mencintai Yose, tapi egonya sebagai seorang perempuan yang ingin dimanja dan diperhatikan membuatnya harus memilih. Selama ini impiannya adalah mempunyai kekasih yang benar-benar cinta dan sayang pada dirinya, selalu ada saat dia butuhkan dan tidak pernah menomor duakan dirinya dari apa pun, tapi semua itu tidak dia temukan dalam diri Yose. Tentunya semenjak Yose menjabat  menjadi ketua OSIS. Sejak saat itu ia selalu sibuk dan hampir tidak pernah ada waktu untuk dirinya.
“Ketua OSIS bego, tolol, idiot, kenapa kamu nggak mencegahku? Apa kamu emang udah nggak sayang lagi sama aku?”
Anne menggerutu sambil meremas-remas tali bag gecko boutiquenya. Kakinya terus berlari tak tentu arah. Sebuah palang besar bertuliskan “AWAS BOLA!!” dengan cat berwarna merah tidak dia gubris. Dia masih berlari, dari belakang terdengar orang berteriak atau bahkan mengumpat kearahnya.
Bodo amat! Suka-suka gue mau lewat sebelah mana, taman ini juga bukan milik nenek moyang kalian! Anne benar-benar dongkol.
Samar-samar dia mendengar suara Yose diantara suara orang yang merasa terganggu dengan kehadirannya. Tapi dia sudah bertekat tidak akan menghentikan langkahnya apalagi sampai menoleh. Beberapa meter lagi Anne sampai di tepi taman, dan dia masih mendengar suara Yose yang terus berteriak memanggil namanya.
“Yose, kenapa kamu cuma teriak-teriak? Katanya mantan atlet lari maraton, kenapa nggak bisa mengejarku? Padahal aku udah memperlambat langkah kakiku,” gumamnya.
Sebenarnya Anne sangat ingin menoleh kebelakang melihat Yose yang berlari sambil berteriak memanggil namanya seperti dalam adegan di film-film india, tapi dia gengsi.
Tiba-tiba ….
“ANNE AWAAAS!!!” teriakan Yose terdengar begitu dekat.
Belum sempat Anne menoleh sebuah bola voly melayang dari arah belakang dan menimpuk kepalanya.
Kepala Anne pusing tubuhnya sempoyongan, dilihatnya semua berputar-putar dan setelah itu gelap. Sebelum Anne benar-benar pingsan dia sempat merasakan ada seseorang yang menangkap tubuhnya.

Cerpen Me.. (2)

 SURPRISED

Sesekali aku melirik dan mendengus kesal melihat Hana sahabatku ikut kecentilan dengan anak baru yang bernama Vano dan yang paling menyebalkan sepertinya Vano juga menikmati semua itu.
“HANAAA!!” teriakku kesal karena benar-benar tidak tahan melihat tingkahnya.
Hana cuek, dia tidak menggubris panggilanku padahal jelas-jelas aku berdiri tepat di belakangnya. “Ayo pulang!” dengan kasar aku menarik lengannya, hampir saja Hana terjungkal ke lantai tapi karena matanya masih asyik memandang wajah Vano yang katanya super cute and handsome sehingga membuatnya seakan tidak merasakan hal itu.
“Kenapa kita harus pulang sekarang?” gerutunya ketika kami berdiri di halte.
“Mau sampai kapan elo lihat wajahnya? Sekarang sudah jam dua dan kita harus ke toko buku mencari referensi untuk tugas bahasa indonesia besok!”
“Hmm ... ternyata selain cakep Vano juga baik dan pintar, benar-benar cowok yang sempurna.” Hana kembali menghayal membayangkan Vano.
Pluk! Aku memukul kepalanya dengan gulungan kertas kuarto tapi Hana masih saja diam mematung sambil senyum-senyum sendiri.
“HANA!” aku kembali berteriak.
“Apa-apaan sih? Gue sedang membayangkan Aa Vano yang cakep, jangan ganggu napa!”
“Neng, mau naik atau tetap di sini?” tanya kondektur bus sambil mengusap peluh dengan handuk.
“Heh?!” Hana kaget, dia cengengesan dan langsung melangkah masuk.
“Kenapa elo nggak ngasih tahu kalau busnya sudah datang?” gerutunya ketika berdiri di sampingku.
“Terus saja mikirin tuh cowok yang sok cakep dan kegantengan itu!” sungutku jengkel.
“Tapi dia emang cakep dan ganteng kok!” lagi-lagi Hana senyum-senyum sendiri.
@ @ @
“Bubaaar!” teriakku sambil menggebrak meja.
Semua murid yang mengerubungi meja Vano langsung menoleh.
“Kenapa elo di sini? Bukannya elo anak kelas X?” tanyaku judes pada adik kelas yang tidak kukenal siapa namanya.
Mereka masih memandangku sambil diam membisu.
“Apa kalian nggak denger apa yang barusan gue bilang? Ayo bubar!” bentakku lagi.
Perlahan mereka semua beringsut keluar dan berbisik-bisik tidak jelas.
Palingan juga ngomongin gue.
Kulihat Vano melipat kedua tangannya di dada sambil menatapku. “Ternyata lu bisa galak juga.”
“Nggak usah kegeeran, gue sumpek aja lihat kelas yang tiba-tiba heboh dan berubah jadi tempat ajang jumpa fans seperti ini,” ucapku ketus sambil berjalan melewati mejanya.
“Thank’s ya,” ucapnya lagi.
Aku tidak menggubris ucapannya dan segera duduk di bangkuku. Kelas masih sepi hanya ada aku dan Vano, diam-diam aku tersenyum sendiri membayangkan apa yang barusan aku lakukan.
“Tumben sepi?” suara Hana membuyarkan lamunanku.
“Ngagetin aja elo!” ketika aku menoleh Hana sudah tidak ada, tinggal tasnya di atas meja dan kulihat dia sudah duduk di samping Vano.
Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatku itu dan Vano melirik kearahku sambil mengangkat bahu.
@ @ @
“Elo jadi cewek jangan terlalu judes, kasihan adik kelas yang elo bentak-bentak tadi pagi,” ucap Hana sambil memasukkan bakso ke mulutnya. Seperti biasa ketika istirahat aku dan hanya suka menghabiskan waktu di kantin mengisi perut.
“Siapa suruh jadi cewek kecentilan dan keganjenan kayak gitu.”
“Jangan salah, lebih baik jadi cewek centil dari pada judes kayak elo, ntar jauh jodoh lho ...,” ledeknya.
“Elo juga, kenapa masih deket-deket sama Vano?”
“Hahahaha ....” Hana tertawa. “Emangnya sejak kapan ada larangan nggak boleh deket-deket sama Vano? Dia kan masih single jadi siapa pun boleh deket dengan dirinya, termasuk gue,” ucapnya.
“Baiklah, terserah elo aja.” aku menarik nafas panjang dan kembali menyuapkan batagor ke mulut.
@ @ @
“Tumben elo pakai cincin?” seru Hana begitu melihat cincin melingkar di jari manisku.
Aku tersenyum. “Pantes nggak?” tanyaku sambil melihat cincin itu.
Cincin perak polos ini memang kecil seperti ukuran cincin lainnya tapi entah kenapa rasanya terlalu berat untuk memakainya.
“Bagus kok!” Hana manarik tangan kiriku dan mengamati cincin itu.
“Sebagai cewek selera elo dalam memilih barang payah banget deh! Kenapa elo beli cincin seperti ini? Cincin ini lebih mirip cincin pertunangan, nggak pantes untuk remaja seusia kita.”
“Bukan gue yang milih, gue cuma tinggal pakai saja.”
“Ooo gitu ya ....” Hana manggut-manggut, dia kemudian celingak-celinguk seperti mencari sesuatu. “Jam segini kenapa Vano masih belum datang juga ya?” tanyanya.
“Mungkin sebentar lagi,” jawabku sambil tersenyum. Aku tidak sabar ingin melihat bagaimana reaksi teman satu kelas dan terutama Hana begitu melihat dan mendengar semuanya.
Kulihat Vano sedang berjalan di koridor, langkahnya begitu santai dengan wajah tanpa ekspresi. Kembali aku menarik nafas panjang dan melihat cincin yang melingkar di jariku.
“Vanooo!” Hana berteriak sambil melambaikan tangan.
Tampak Vano melangkah masuk dan berjalan ke bangkunya, tapi ... kenapa dia tidak langsung duduk dan malah terus saja melangkah ke arahku?
“Dompet lu ketinggalan.” Vano meyodorkan dompetku.
Hah? Aku kaget. Kenapa dompetku bisa ketinggalan? Sepertinya tadi sudah aku masukkan dalam tas?
“Kenapa dompet elo bisa ada sama Vano?” Hana menatapku dan Vano secara bergantian, terlihat dengan jelas ada kebingungan di wajahnya.
“Apa itu?” Hana kembali bertanya sambil menunjuk tangan Vano.
“Ini?” Vano menunjukkan tangan kirinya yang mengenakan sebuah cincin.
Hana menarik tangan Vano dan mengamati cincin itu. “Sepertinya aku pernah melihat cincin seperti ini,” ucapnya.
Beberapa detik kemudian dia menoleh ke arahku dan dengan kasar menarik tangan kiriku dan berulang kali melihat cincinku dan cincin Vano secara bergantian. Setelah merasa yakin Hana menatapku dengan curiga.
"Kenapa cincin kalian mirip banget? Kalian berdua tunangan?!” teriaknya histeris.
“Ssstt ....” aku berbisik dan menempelkan jari telunjuk ke bibir Hana meminta agar dirinya memelankan suara. Tapi terlambat, karena ketika aku menoleh hampir seisi kelas sedang melihat ke arah kami.
Aku dan Vano saling berpandangan, perlahan bibir Vano menyunggingkan senyum dan meraih tubuhku untuk mendekat ke tubuhnya. Senyumnya semakin lebar dan aku pun ikut tersenyum melihat wajah bengong dan penasaran teman-teman sekelas, perlahan tangan kanan Vano menggenggam jemari kiriku.
“Kami memang telah bertunangan!” ucap Vano tegas.
Langsung saja aku menatap wajah tunanganku yang kata teman-teman cute banget, senyum di bibirku semakin merekah mendengar pernyataan itu.
“TIDAAAKK!!”
Ssebuah teriakan terdengar begitu nyaring. Tanpa menoleh aku sudah tahu dan begitu mengenal dengan sangat baik suara itu, karena yang berteriak tidak lain adalah Hana sahabatku sendiri.

THE END

Minggu, 17 Juni 2012

Coretanku

Satu Nama

Hanya satu nama
Sebuah nama yang membuat rasa ini tidak menentu
Aku benci setiap mengingat dirimu
Hati ini sangat sakit dan nafas terasa begitu sesak menyiksa dada

Harus dengan cara apa aku melupakanmu?
Karena disetiap rintik hujan kenangan tentangmu yang pertama muncul
Ketika aku tertawa riang bayangan dirimu yang selalu hadir

Semuanya masih terpatri indah di memory otakku
Ketika kau meledekku dengan tawamu yang khas
Ketika kau menghiburku dengan tingkah konyolmu
Setiap yang ada pada dirimu membuatku rindu setengah mati

Dan aku kembali menangis mengingat dirimu
Konyol ...
Kenapa aku harus menangisimu?
Aku benci dengan diriku
Perasaan ini membuatku gelisah, rapuh dan cengeng